A.
Tujuan Pembelajaran
1. Pengertian tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku
atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajarantercapainya
perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran
Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran
Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan
dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
- Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;
- Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
- Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;
- Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran atau
sering di kenal dengan istilah SME, mendeskripsikan bahwa pendekatan ini akan
menciptakan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan bidangnya. Pendekatan ini
lebih mempertimbangkan apa yang harus dipelajari tentang materi tersebut. Tidak
bisa dipungkiri bahwa identifikasi tujuan pembelajaran melalui pendekatan
masalah khusus dalam pembelajaran, mengandung makna sebagai pengetahuan dan
pengertian berdasarkan informasi yang diterima.
Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi
pembelajaran. Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari
masalah yang di tampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan
mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas unggul tetapi tidak
belajar dengan tipe yang benar atau yidak sesuia dengan isi pembelajaran.
Pendekatan ini sering terjadi jika ”tipe yang benar dan sesuai dengan isi
pembelajaran” sesuai denga isi standar kurikulum dan bagan kerja, perangkat
pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya. Masalah pada pendekatan
ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak banyak yang sesuai atau tidak
ada jalan keluar yang cukup mampu untuk organisasi atau kebutuhan sosial.
Tujuan khusus melalui pendekatan tugas akan valid jika
melalui perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan petugas yang ahli
dalam pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran dapat melatih
pemahaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau mengubah tujuan pembelajaran
setelah menemukan fakta. Pendekatan yang keempat yaitu pendekatan pada
teknologi penampilan, dimana dalam tujuan pembelajaran disusun dalam menanggapi
masalah atau kesempatan dalam sebuah struktur. Tidak ada pertimbangan atas
gagasan sebelumnya dari apa yang harus dipelajari dari apa yang akan termasuk
dalam tujuan pembelajaran atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua
pembelajaran. Pendesain terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen
kebutuhan untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat, dimana hal tersebut
bukanlah tugas yang mudah.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu
tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52
Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan
pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik,
maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas. Dengan harapan dapat memberikan pemahaman
kepada para guru agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan
jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi
behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki
tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan
oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada
tahun 1962 kemudian sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin
meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini
dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F.
Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa
tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa
tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.
B.
Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Kompetensi Supervisi Akademik merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengawas satuan pendidikan. Kompetensi
ini berkenaan dengan kemampuan pengawas dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di
sekolah/satuan pendidikan. Secara spesifik pengawas satuan pendidikan harus
memiliki kemampuan untuk membantu guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran, serta dapat memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat
diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran
yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia
militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam
berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang
menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu
strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan
menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan.
Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran
juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat
prestasi yang terbaik.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985)
menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar
pada siswa.
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan
oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling
tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi
pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c)
strategi pengelolaan pembelajaran.
a. Strategi Pengorganisasian
Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi
mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu
pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan
prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu
kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu
konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur
atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata
urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.
Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada
penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan
urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep
yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip.
Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan
tinjauan ulang konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.
b. Strategi Penyampaian
Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen
variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian
pembelajaran adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan
(2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk
menampilkan unjuk kerja.
c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen
variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara
pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3
(tiga) klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan,
pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
2. Beberapa Istilah dalam Strategi
Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu
metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam pembelajaran.
a. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
b. Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan
tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif.
c. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar
metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang
melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya,
berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak
tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah
siswa yang terbatas.
d. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik
atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang
samasama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah
pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik
menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan
mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu
strategi pembelajaran sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat
ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran
guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan
penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara
guru yang satu dengan yang lain.
3. Konsep Dasar Strategi
Pembelajaran
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal:
(1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2)
menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar
mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma
dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diartikan
sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Newman
dan Mogan strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing
adalah sebagai berikut.
- Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
- Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
- Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
- Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat strategi
dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian
peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar
mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3)
memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para
guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok
yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan
belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian
yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar
mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi
dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas,
berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih
jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dan tidak tercapainya hasil
yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa
yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.
Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan
menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti
baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda
bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai
disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep, dan teori ekonomi tentang baik,
benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian
konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik,
benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian,
konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan
konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur,
metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.
Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan
pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara
atau supaya murid- murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup
keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu
metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan
sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau
kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah
dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah
dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan
salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa
yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan
sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari
segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di
sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga,
keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak
bisa dipisahkan.
4. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan.
Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan
konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan
kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat universal.
Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan belajar
mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran antara serta
sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku
kepribadian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu
kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama
lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi
sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran, bahan ajar, siswa yang menerima
pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi, dan evaluasi kemajuan
belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai, semua komponen yang ada harus
diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen itu terjadi kerjasama.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan
sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat,
administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap
aspek pribadi anak didik seperti: (1) kecerdasan dan bakat khusus, (2)
prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan jasmani dan
kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan
minat belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasaan belajar dan bekerja, (8)
hobi dan penggunaan waktu senggang, (9) hubungan sosial di sekolah dan
di rumah, (10) latar belakang keluarga, (11) lingkungan tempat
tinggal, dan (12) sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui
evaluasi, selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil
belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang
terkait.
5. Tahapan Instruksional
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni
tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap
penilaian dan tindak lanjut.
Tahap Instruksional
|
||||
1
|
|
2
|
|
3
|
Tahap Prainstruksional
|
→
|
Tahap Instruksional
|
→
|
Tahap Penilaian dan Tindak Lanjut
|
Ketiga
tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu
tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah
terjadi proses pengajaran.
1. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru
pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
- Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).
- Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
- Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
- Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini adalah mengungkapkan kembali tanggapan
siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar
dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam
strategi mengajar mirip dengan kegiatan pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini
akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2. Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni
tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara
umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut.
- Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
- Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
- Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: (1) pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (2) dimulai dari topik khusus menuju topik umum.
- Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
- Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
- Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan
tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).
Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu
rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru
dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel,
sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah
letak keterampilan profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi
mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas secara
teoretis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti
digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu
dapat diperoleh.
0 komentar:
Posting Komentar